Pengetahuan ibarat cahaya penuntun di gelepan
Dewasa ini kondisi masyarakat sangatlah jauh dari fitrahnya sebagai mahkluk sosial.adanya kecenderungan untuk mencapai tujuan tanpa memperhatikan hak orang-orang yang ada disekit arnya. Sebagai mahkluk yang tidak hidup sendiri di bumi ini, manusia memiliki tanggung jawab terdadap lingkungannya.
Orang tua yang berpendapat bahwa mereka memiliki keluarga untuk dinafkahi membuat mereka hanya memikirkan kelurganya saja. Seorang anak yang tak tahu menau dapat terpengaruh langsung dalam pandangan itu yang kemudian dapat ikut berpandangan apatis pula. Masyarakat lapisan bawah yang disibukkan akan kebutuhan perutnya semakin tidak berdaya. Parahnya lagi para pejabat dengan alasan karir, mereka dapat dengan mudahnya menggadaikan keidealisannya demi kelanggengan karirnya.
Jika kondisi seperti ini terus berlangsung niscaya masyarakat kecil akan terus hidup dalam ketertindasan, dimana mereka dipaksa untuk ikut berkompetisi untuk hidup lebih layak.
Di era kapitalisme sekarang ini dimana pendidikan sebagai salah satu jalur untuk perbaikan nasib tak luput pula dari arus kompetisi ini, mulai dari segi kemampuan ekonomi sampai pada prosesnya. Tingginya biaya pendidikan dan panjangnya jenjang proses pendidikan membuat masyarakat lapisan kelas bawah semakin terkikis keeksisannya.
Alih-alih perbaikan nasib melalui pendidikan, mengurus perut mereka saja sudah sedemikian sulit. Jika sudah seperti ini mereka akan abadi dalam ketidakmampuan.
Sedihnya lembaga pendidikan yang nota bene bertanggungjawab terhadap kemajuan intelektual masyarakat sebagai syarat perkembangannya tidaklah berpihak kepada seluruh lapisan masyarakat.
Keberpihakan lembaga pendidikan tidak dapat dipungkiri sebagai konsekuensi dari sistem kompetisi yang diterapkannya. Lembaga pendidikan dapat dikatakan berpihak hanya kepada orang-orang yang mampu saja baik dalam hal kemampuan ekonomi maupun dari kemampuan memenuhi standarisasi.
Dari segi ekonomi, lembaga pendidikan dapat dikatakan berpihak kepada masyarakat lapisan menengah keatas saja, yang tentunya mampu membiayai pendidikan yang mahal itu. Sedangkan dari segi standarisasi, lembaga pendidikan berpihak hanya kepada orang-orang yang pintar saja. Jika sudah seperti ini bagaimana masyarakat yang berada pada lapisan bawah dan mereka yang tidak memenuhi standarisasi kepintaran???
Tentunya jawabannya mereka akan tetap pada kehidupannya yang tidak layak dan akan membuat masyarakat kecil sangat sulit untuk dapat beranjak dari tempat itu karena keterputusan jalur pendidikan.
16 januari 2009