Sabtu, 17 Januari 2009

Pengetahuan ibarat cahaya penuntun di gelepan

Dewasa ini kondisi masyarakat sangatlah jauh dari fitrahnya sebagai mahkluk sosial.adanya kecenderungan untuk mencapai tujuan tanpa memperhatikan hak orang-orang yang ada disekit arnya. Sebagai mahkluk yang tidak hidup sendiri di bumi ini, manusia memiliki tanggung jawab terdadap lingkungannya.

Orang tua yang berpendapat bahwa mereka memiliki keluarga untuk dinafkahi membuat mereka hanya memikirkan kelurganya saja. Seorang anak yang tak tahu menau dapat terpengaruh langsung dalam pandangan itu yang kemudian dapat ikut berpandangan apatis pula. Masyarakat lapisan bawah yang disibukkan akan kebutuhan perutnya semakin tidak berdaya. Parahnya lagi para pejabat dengan alasan karir, mereka dapat dengan mudahnya menggadaikan keidealisannya demi kelanggengan karirnya.

Jika kondisi seperti ini terus berlangsung niscaya masyarakat kecil akan terus hidup dalam ketertindasan, dimana mereka dipaksa untuk ikut berkompetisi untuk hidup lebih layak.

Di era kapitalisme sekarang ini dimana pendidikan sebagai salah satu jalur untuk perbaikan nasib tak luput pula dari arus kompetisi ini, mulai dari segi kemampuan ekonomi sampai pada prosesnya. Tingginya biaya pendidikan dan panjangnya jenjang proses pendidikan membuat masyarakat lapisan kelas bawah semakin terkikis keeksisannya.

Alih-alih perbaikan nasib melalui pendidikan, mengurus perut mereka saja sudah sedemikian sulit. Jika sudah seperti ini mereka akan abadi dalam ketidakmampuan.

Sedihnya lembaga pendidikan yang nota bene bertanggungjawab terhadap kemajuan intelektual masyarakat sebagai syarat perkembangannya tidaklah berpihak kepada seluruh lapisan masyarakat.

Keberpihakan lembaga pendidikan tidak dapat dipungkiri sebagai konsekuensi dari sistem kompetisi yang diterapkannya. Lembaga pendidikan dapat dikatakan berpihak hanya kepada orang-orang yang mampu saja baik dalam hal kemampuan ekonomi maupun dari kemampuan memenuhi standarisasi.

Dari segi ekonomi, lembaga pendidikan dapat dikatakan berpihak kepada masyarakat lapisan menengah keatas saja, yang tentunya mampu membiayai pendidikan yang mahal itu. Sedangkan dari segi standarisasi, lembaga pendidikan berpihak hanya kepada orang-orang yang pintar saja. Jika sudah seperti ini bagaimana masyarakat yang berada pada lapisan bawah dan mereka yang tidak memenuhi standarisasi kepintaran???

Tentunya jawabannya mereka akan tetap pada kehidupannya yang tidak layak dan akan membuat masyarakat kecil sangat sulit untuk dapat beranjak dari tempat itu karena keterputusan jalur pendidikan.

Proses belajar dalam institusi pendidikan merupakan sebuah gerak rekayasa agar dapat memacu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan. Jika benar pengetahuan ibarat cahaya penuntun di kegelapan. Dimanakah mereka yang terseleksi oleh arus kompetisi itu??? Benarkah proses mendapatkan pengetahuan di sekolah hanya milik sebagian orang saja??? jika tidak mengapa hingga sekarang kondisinya masih seperti itu???

16 januari 2009

Jumat, 16 Januari 2009

sekilas tentang perubahan

kondisi masyarakat...
lapisan bawah sibuk ma perutnya...
lapisan tengah sibuk ma karirnya...
lapisan atas sibuk mempertahankan statusnya...
sebuah kondisi yang memperlihatkan akibat penjajahan kesadaran yang menuntut kestatisan perubahan masyarakat.

mengapa perubahan masyarakat perlu???
karena adanya fakta bahwa sebagian lapisan masyarakat yang senantiasa menjadi subyek atas lapisan lainnya...
sebut saja kalangan bawah yang mencari makan saja susah harus ikut dalam arus kompetisi yang sebagai konsekuensi dari sistem kapitalis...
coba pikir...
nyari makan aja susah..
trus.. harus sekolah yang tinggiiiiii bangettttt, dan tentunya dengan biaya yang mahal pula, baru deh bisa ngedapatin kesempatan mendapatkan kerja yang baikkkk...
jadi kemungkinan kalangan bawah untuk memperbaiki nasib mereka sangatlah rendah...
menurut kmu gmana???


lalu siapa yang mampu merubah kondisi ini?


tidak dapat dipungkiri pemikiran individulis telah menjadi pandangan hidup sebagian besar penduduk di negeri ini... baik dari kalangan bawah sampai pada kalangan atas. segala gerak yang mereka lakukan terlebih dahulu untuk memenuhi kepentingan pribadinya masing-masing. jika pandangan ini trus berlangsung maka perubahan kondisi masyarakat kearah yang lebih baik tidak akan mengalami perubahan yang signifikan atau bahkan akan mengalami kemunduran.


jadi solusinya...
pemerintah sebagai eksekutor perubahan bangsa haruslah memulai menyelasaikan masalah ini. entah dalam bentuk apa...
lalu mengikutsertakan seluruh leading sektor yang ada untuk berpartisipasi dalam rangka mengembanlikan jati diri bangsa sebagai bangsa yang berbeda-beda tapi tetap satu bukannya bangsa yang individualis...